Profil: Fatikhah

Fat

Kejar Paket Demi Secercah Mimpi Fatikhah

“Saya terus berusaha meyakinkan kedua orang tua saya, bahwa saya bisa, saya masih ingin bersekolah” kata Fatikhah saat ditemui di Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB), Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi, membuat Fatikhah yang merupakan sulung dari tiga bersaudara sadar bahwa saat ini hanya ia lah satu-satunya yang dapat membantu perekonomian keluarga. Hal tersebut yang membuatnya tidak melanjutkan sekolah dan memutuskan untuk merantau keibu kota.

Perempuan kelahiran 22 tahun silam di Brebes, Jawa Tengah, itu telah bergabung di YPAB sejak Mei 2016. Sejak itulah ia mengasah potensinya di rumah belajar ini. Ia selalu berusaha menyempatkan waktu di sela-sela kesibukannya bekerja sebagai baby sitter untuk belajar dan memahami semua pelajaran yang telah diberikan di kelas. Berkat kerja kerasnya, ia sering kali mendapat nilai tertinggi di hampir semua mata pelajaran pada Ujian Akhir Semester. “Jika kita ingin mendapatkan nilai yang maksimal, maka usaha kita pun harus maksimal. Bukan sekedar berangkat ke sekolah, mengisi absen, lalu pulang” katanya tanpa ada kesan menggurui. Bagi Fathikah nilai-nilai yang ia dapatkan bukanlah tolak ukur segalanya, sebab kepribadian dan karakter kita lah yang akan menentukan diterima atau tidaknya kita di mata masyarakat.

Bisa menempuh pendidikan kembali saat ini bukan berarti tak ada kendala. Fatikhah mengatakan bahwa kendala terbesarnya adalah izin dari orang tua. Sebab pada usia Fatikhah sekarang sudah dianggap cukup untuk segera berumah tangga. Maka pilihan bersekolah adalah hal yang kurang disetujui. “Karena untuk meyakinkan ayah dan ibu saya, yang tidak berpendidikan tinggi, bahwa saya bisa itu sulit, sangat sulit.” katanya dengan suara bergetar. Namun setelah melihat perubahan positif pada anaknya, orang tua Fatikhah pun akhirnya mendukung dan mendoakan sebagaimana yang bisa dilakukan para orang tua.

Berangkat dari lingkungan tetangga yang banyak berprofesi sebagai guru, membuat Fatikhah terinspirasi oleh para pendidik yang bekerja keras membuat murid-muridnya menjadi tahu banyak hal. Ia pun berencana akan mengambil jurusan pendidikan saat berkuliah nanti. Menurutnya, menjadi seorang guru adalah hal yang luar biasa, sebab mereka mempunyai dedikasi yang besar untuk menjadikan sumber daya manusia yang lebih baik.

Pendidikan non-formal atau pendidikan kesetaraan seringkali dianggap remeh oleh masyarakat. “Setiap kali saya bilang ke temen kalau saya kejar Paket C, mereka sama sekali tidak tertarik” tuturnya. Kesenjangan antara sekolah formal dan non-formal memang sangat terasa, Fatikhah pun mengalami hal tersebut, padahal menurutnya Pendidikan kesetaraan yang sama-sama progam pemerintah resmi seharusnya tidak dipandang sebelah mata.

Fatikhah sekarang sedang mengikuti kelas persiapan untuk Ujian Nasional April 2018 mendatang. Ia berharap kedepannya semakin banyak PKBM seperti YPAB di daerah-daerah pelosok negeri agar anak-anak putus sekolah bisa mendapatkan pendidikan alternatif dan bisa melanjutkan sekolah mereka. Ia juga berpesan kepada teman-teman dan para relawan tutor untuk jangan pernah berhenti belajar dan mengajar agar dapat memperbaiki peradaban dunia di masa mendatang.

(Kristina Damayanti)

Comments are closed.