PKBM Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) menyelenggarakan puncak kegiatan Pekan Apresiasi di Plasa Insan Berprestasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta Pusat pada hari Minggu (5/11). Pekan Apresiasi merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk mengapresiasi para lulusan PKBM Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan kesetaraan di tengah berbagai tantangan dan kesulitan hidup.
Zikar Nurizky, Ketua Pelaksana Pekan Apresiasi 2023, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan semangat kepada para lulusan, peserta didik aktif, dan calon peserta didik agar mereka tetap termotivasi untuk melanjutkan pendidikan, bahkan dalam situasi sulit. Lebih lanjut ia mengungkapkan, “Mayoritas peserta didik di YPAB adalah masyarakat putus sekolah yang menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan, seperti masalah finansial, masalah keluarga dan lainnya yang mengakibatkan mereka putus sekolah. Dengan adanya Pekan Apresiasi ini, diharapkan dapat memotivasi peserta didik dan lulusan YPAB untuk tetap bersemangat dan tidak pernah merasa terlambat dalam melanjutkan pendidikan.”
Setelah jeda karena pandemi, Pekan Apresiasi kembali digelar di tahun ini dan dikelola langsung oleh para alumni serta peserta didik aktif YPAB. Menurut Zikar, hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk memahami manajemen kegiatan dan organisasi yang akan berguna di masa depan.
Rangkaian acara ‘Pekan Apresiasi’ terdiri dari dua bagian, yakni ‘Apresiasi Digital’ yang berlangsung dari tanggal 10 Oktober hingga 4 November 2023, di mana YPAB memperkenalkan penerima apresiasi kelulusan, kerelawanan, dan kemitraan melalui akun Instagram @ypab_id, serta diakhiri dengan acara puncak yang diselenggarakan hari ini dengan tema “Merangkai Asa: Keterbatasan Bukan Alasan untuk Tidak Sekolah“. Kegiatan ini didukung oleh PT Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS) – Pelindo, PT Wipro Unza, Indoscript International Translation Services, dan Jovenindo.
Acara puncak ‘Pekan Apresiasi’ dimulai dengan sambutan dari Rizal Arryadi, Ketua YPAB. Pada kesempatan ini, Rizal mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak atas terselenggaranya pendidikan kesetaraan di YPAB. “Para relawan, kakak asuh, mitra dan donatur merupakan bagian penting dalam keberlangsungan YPAB. Merekalah yang membuat YPAB dapat beroperasi dengan memberikan pendidikan, inspirasi dan sentuhan kemanusiaan guna mewujudkan mimpi masyarakat putus sekolah. Mereka pula yang membuat para relawan secara terus menerus dapat menjalankan niatnya,” ujar Rizal dalam sambutannya di Pembukaan Pekan Apresiasi.
Sesi berikutnya adalah ‘Gelar Wicara’ bersama Maudy Ayunda, publik figur Indonesia dan pemerhati pendidikan, yang mengulas tentang pentingnya pendidikan. Menurut Maudy, di luar dari elemen fungsional dan instrumentalnya, pentingnya pendidikan tidak hanya dilihat dari sisi akademik dan teori saja, tetapi juga esensinya bagi pengembangan diri individu yang menempuhnya. Banyak orang berharap kondisi yang ideal dalam pendidikan, namun ia memandang nilai-nilai yang diperjuangkan dalam pendidikan itu juga tidak kalah penting.
Maudy memaparkan dampak positif pendidikan dan semangat belajar dalam kehidupan seseorang. “Individu yang memiliki semangat belajar sepanjang hayat akan terus tumbuh karena pribadi ini akan selalu merefleksi diri dan rendah hati. Juga selalu merasa banyak hal yang belum diketahui, sehingga selalu ingin belajar,” ungkap Maudy.
Maudy juga memberikan tips agar setiap individu dapat memiliki pola pikir belajar sepanjang hayat, yaitu dengan memposisikan diri pada situasi yang menantang. “Karena pada posisi itu, individu tersebut jadi tahu ruang-ruang mana yang belum dikuasai, dan untuk mencapai sesuatu yang belum dimiliki, seseorang akan terdorong untuk memenuhi itu. Terus bermimpilah, karena mimpi berdampingan dengan semangat untuk tumbuh,” tambah Maudy.
Pada sesi yang sama, dua alumni inspiratif YPAB, Dapid Nurdiansyah dan Fatikhah, turut serta menceritakan kisah sukses mereka yakni berhasil melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) setelah mengikuti program Paket C di YPAB. Hingga kini, keduanya telah menjadi profesional yang sukses. Dapid dan Fatikhah juga berbagi kisah tentang awal mula mereka mengenal YPAB.
Dapid mengalami kecelakaan fatal yang mengakibatkan ia harus rehat dalam rentang waktu yang lama. Ia mengenal YPAB saat berusia 20 tahun. Saat itu keadaan finansial keluarganya terbatas karena harus membayar biaya selama proses pemulihannya yang panjang. Ketika kondisinya membaik, Dapid pun memberanikan diri untuk bangkit lagi dan mendaftarkan dirinya ke YPAB. Saat ini Dapid bekerja di bagian Media and Research Rumah Perubahan.
Fatikhah juga bergabung di YPAB pada awal usia 20-an, namun ia menghadapi kisah berbeda. Sebagai perempuan yang berasal dari desa, ia harus berhadapan dengan stigma gender. Fatikhah menggambarkan pertanyaan-pertanyaan yang sering ia terima saat kembali ke desanya, salah satunya “Untuk apa perempuan sekolah tinggi? Toh, nantinya hanya akan jadi ibu,” ungkap Fatikhah. Ia memahami bahwa menjelaskan sesuatu pada individu yang tidak peduli proses hanya membuang-buang waktu, ia hanya terus berupaya mewujudkan dan menunjukkan hasilnya. Hingga ia akhirnya berhasil berkuliah dan bekerja sebagai guru bagi anak berkebutuhan khusus. Fatikhah pun menjelaskan bahwa setiap ibu butuh pendidikan, karena ia adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Acara berlanjut dengan penampilan bakat peserta didik aktif YPAB dan pemutaran film dokumenter yang menggambarkan kehidupan dan perjuangan mereka selama menempuh pendidikan di YPAB. Pekan Apresiasi ditutup dengan pemberian apresiasi kepada 69 alumni sejak tahun 2019 – 2022 dan kepada relawan, kakak asuh, serta lima mitra yang hadir, yakni PT ILCS, PT Wipro Unza, Inclusive Human Resource Indonesia (IHRI), Ruangguru, dan Yayasan Khouw Kalbe.
Selaku Ketua PKBM, Rizal berharap Pekan Apresiasi menjadi langkah maju untuk membantu mengatasi stigma negatif terkait pendidikan kesetaraan. “Kami sangat berharap agar pesan serta semangat untuk memperluas dampak positif, memberikan kesempatan bersekolah bagi masyarakat yang putus sekolah, juga menularkan nilai integritas dan semangat belajar sepanjang hayat dapat tersampaikan secara luas kepada peserta kegiatan maupun masyarakat umum di Indonesia.” Ia pun mengapresiasi semua pihak yang senantiasa menunjukkan dukungannya demi keberlangsungan YPAB, baik berupa materil dan spiritual.
Tentang PKBM Pemimpin Anak Bangsa (YPAB)
Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) telah berdiri sejak 10 September 2012, YPAB merupakan sebuah organisasi non-profit yang menyelenggarakan pendidikan nonformal dan dapat diakses oleh masyarakat luas yang terhambat keleluasaan finansial. YPAB sendiri memiliki misi untuk memberikan pendidikan gratis kepada masyarakat pra-sejahtera yang putus sekolah, dengan nilai-nilai integritas, pendidikan yang berkualitas dan dapat berdaya saing dengan pendidikan formal sekalipun. YPAB menyediakan program Paket B (Setara SMP), dan Paket C (Setara SMA). Selain itu, YPAB juga menjadi wadah yang mempertemukan keinginan profesional muda untuk menjadi relawan dan membagikan ilmunya melalui mengajar warga putus sekolah secara luring maupun secara daring. Penerimaan peserta didik baru (PPDB) YPAB dilakukan setiap tahun antara bulan April hingga Juli, tanpa batas usia dan tidak dikenakan biaya apapun.
Disusun oleh Tim Media dan Publikasi YPAB:
Dina Berina
Windy Oktaviani
Maika Zihni Siregar
M. Syihan A. Siregar